Dimensi Waktu Lampau yang Tak Terelakkan
Maret 26, 2017
Kurang lebihnya 3285 hari tingkah laku itu membolak-balik hati. Sebuah hak perasaan yang tidak semestinya si pelaku itu berhak sedikit pun bertingkah begitu. Kau memang berhak memulai apa yang kamu mau, kau pun berhak memainkan hatimu sesuka yang kamu ingini, kau bebas menaruh dan meletakkan hatimu sebagai apa. Tapi kau tak berhak sedikit pun menjatuhkan harapan seseorang untuk menyelesaikan tugas kehidupannya dengan layak.
Janji waktu yang sempat kau sebut sebagai harapan akan langkah berdua, yang pernah kau buat dulu dengan sangat singkat lalu membisu, lebih tepatnya kemudian kau biarkan patah dengan mudah. Apa hakmu membuatku sakit? Kenapa tak kau tegaskan kepada dirimu yang kuanggap baik saat itu bahwa hakmu kepadaku hanyalah membuatku bahagia sebahagia mungkin. Bukan kemudian meretakkannya pelan-pelan.
Sebuah perjalanan yang tak mempunyai akhir |
Kurang lebih 1460 jam ingatanmu mulai memudar. Pudar dari perlakuan jahatmu atas rasa malu yang tak biasa telah menamparku dengan cara hebatmu. Tidak apa, biarkan saja begitu, aku pun tak membiarkannya begini. Aku juga tidak ingin dianggap jahat karena menciptakan rasa bersalahmu terus menerus. Sepanjang lorong waktu yang kita renangi belakangan ini, jiwaku tertuntun baik. Tak ada penyesalan sama sekali mengenalmu dan siapa-siapa pun yang aku kenali. Tak ada yang salah atas apa yang terjadi. Bagaimana pun masa lalu tak selalu buruk. Ada atau tidak ada yang terlewatkan, aku pernah memujimu, pernah tidak memperdulikanmu salah, sampai kau sendiri yang menuangkan pahitnya kopi dengan begitu jelas. Sebuah rasa pahit yang tak terjabarkan, entah dimana belinya biji kopimu itu. Sejak sesudah itu aku mulai berkemas, mengemasi ratusan kenangan yang kau sudahi secara sepihak.
Seketika emosi merajaiku, ingin sekali aku menuliskan lelayu nama kalian
dari riwayat masa laluku. Tapi suara-suara peri itu membisiki
telingaku, dia bilang "jangan, nanti kau pun harus selalu mendoakan yang
sudah mati". Agh yaa sudahlah. Cukuplah mengasingkannya saja. Menurut
aturan yang berlaku, kita juga tak boleh memutuskan silaturahmi.
bisa-bisa umur sendiri yang pendek. hmmmh
Atas nama waktu kedepan yang masih suci, aku yang masih mampu untuk bangkit berjanji untuk tidak akan menjatuhkan diri sampai kematian yang menjatuhkanku dan menguburkan jasad ini. Dan berjanji, untuk selalu bangun, berjalan, menyelesaikan tugas dunia sebagai manusia yang sebaiknya. dan atas nama masa lalu yang buram, maaf sebab kalian sudah tak miliki hak untuk menyakiti sedikitnya dari diri ini sekali pun untuk seterusnya.
"sebab kamu hanya sebuah mata pelajaran yang pernah diujikan dalam kelas kehidupan"
0 komentar